Kamis, 26 Oktober 2017

Kids Jaman Now yang selalu disalahkan.


Kids jaman now.
Penasaran juga siapa yang awalnya bikin istilah kekinian ini. Karena dari dulu kan orang tua kalo lagi marah-marah bilangnya “anak jaman sekarang” Hehehehe. Eh ternyata ada yang nulis tentang asal muasal siapa yang mempopulerkan istilah ini loh. By the way, kata mendikbud yang benar pakai "zaman" ya, kalo jaman enggak ada di KBBI (Kamur Besar Bahasa Indonesia), itu merupakan bentuk tidak bakunya.

Kids jaman now atau generasi Z lagi sering banget dibahas dan sebagian besar tentang kejelekannya. Setuju ga sih kalo yang masuk kategori anak jaman now itu ya anak-anak setelah generasi 90an. Iyes, kalo saya mah generasi 90an, jd ga mau disamain sama anak jaman now. Anak jaman now yang tumbuh saat jaman komputerisasi sudah semakin pesat. Kalo generasi 90an kan masih ngerasain jaman transisi sebelum internet. Ehhh teteup ya saya mah belain generasi sendiri. Tapi saya sendiri sih, ngga usah jauh-jauh buat liat anak jaman now kaya gimana, lah wong adek kandung saya ada 8 (paling muda kelahiran 2004).

Setelah renovasi rumah selesai, adek saya pada rebutan mau di kamar yang lebih kecil. Alasannya ternyata karena router wifi paling dekat dengan kamar itu. Gedubrak... 😏😏😏 Kalau mereka kehabisan paket data dan wifi mati, langsung lah megap-megap gelisah persis kaya ikan mas diangkat dari air. Nah ga pernah kan liat orang tua kita (yang di atas 50 tahunan) sampai kaya gitu. 

Sumber: http://weknowmemes.com/wp-content/uploads/2014/04/basic-human-needs-wifi.jpg

Alhamdulillah, saya rasa adik-adik saya mah masih dalam batas normal (bahkan saya ngerasa lebih nakal dari mereka saat seusianya 😜), tidak seperti yang artikel-artikel tentang kelakuan kids jaman now yang bikin miris. Duh, jaman now aja kaya gitu, gimana 10 tahun lagi yaa.. Langsung lah saya sebagai orang tua (walaupun anaknya masih piyik, baru 15 bulan) khawatir bagaimana nanti jadinya anak saya kelak dan dunia di sekitarnya cukup jadi pikiran. Dan seperti parents jaman now, saya ikut beberapa grup di line, facebook, sampai whatsapp, rajin join kulwap (kuliah via whatsapp) terutama yang bahas masalah parenting. Ada saatnya saya merasa sangat overwhelming dengan segala informasi yang saya terima. Namun ada beberapa hal yang saya coba terapkan kepada Anak saya sekarang dan kelak:

1.     Menjadi contoh yang baik
Di usia awal kehidupannya, anak sangat cepat menyerap dan mencontoh dari apa yang ada di sekitarnya terutama siapa lagi kalau bukan keluarganya. Walaupun anak saya masih 1 tahun, pernah sekali ketika saya marah di depan dia, dia nampak mengerti dan ikut terdiam. Beberapa kali dia juga menunjukkan kalau dia sama galaknya dengan saya di depan tantenya. Waduh, saya harus belajar lebih menahan diri dan menjadi lebih baik nih, karena ada mahluk kecil yang suka mencontoh saya.

2.     Menjaga keharmonisan keluarga
Saya percaya bahwa salah satu faktor yang menentukan bagaimana anak kita kelak adalah latar belakang keluarga. Walaupun tidak serta merta bahwa anak yang berasal dari keluarga broken home pasti lebih buruk dari keluarga normal biasa. Saya pernah membaca suatu tulisan (sayang saya lupa sumber tulisannya) tentang anak-anak yang berpacaran di bawah umur, salah satunya adalah hilangnya sosok peran orang tua (tidak secara harfiah, tapi bisa berarti secara emosional) di rumahnya, sehingga sang anak mencari “sosok pengganti” lewat pacaran. Oleh karena itu, peran ibu dan ayah adalah sangat penting dan tidak dapat ditiadakan salah satunya.


Semoga ayah dan bunda langgeng terus sampai tua ya, Mar…

3.     Menumbuhkan rasa percaya bukan takut

Sumber: https://www.slideshare.net/NavjyotSinghChoudhary/parents-child-relationship

Saya ingat sekali waktu SMA(kebetulan sekolah Islam) ada 2 teman saya yang dibesarkan dari 2 keluarga berbeda (yaiyalahhh…) Keduanya memiliki pacar. Sebut saja si A, orang tua si A tidak serta marah dengan anaknya yang pacaran, tapi malah mencoba mengenal pasangan sang anak dan akhirnya malah jadi dekat juga. Akhirnya jika pergi berdua mereka tidak pernah berbohong bahkan lebih sering bertemu di rumah si A dengan pengawasan orang tua. Berbanding terbalik dengan si B, orang tua si B sangat religious, segala gerak gerik anaknya dipantau, sampai akhirnya si B sering berbohong setiap pergi dengan pacarnya dan meminta bantuan teman-temannya untuk dijadikan alibinya saat berbohong. Mereka juga suka melakukan hal-hal yang seperti ada di film remaja Hollywood lah pokoknya (walaupun sepertinya di Indonesia pun banyak dan mulai umum yang seperti ini).

Dari contoh yang saya lihat, maka penting sekali bahwa anak menaruh rasa percayanya pada kita, karena ketika mereka sudah mulai berbohong, itulah pintu bahaya mulai terbuka. Saya sendiri setelah menikah, merasa, ahhh buat apa pacaran buang-buang waktu banget ternyata kalau dipikir-pikir. Tetapi kelak saat anak saya menginjak usia puber dan mengalami ketertarikan terhadap lawan jenis, enggak mungkin saya langsung marah-marah dan melarangnya kan. Kita harus bijak memilih mana yang akan menimbulkan “less damage”.  

Daripada selalu menyalahkan anak zaman now, yuk mari belajar dan berusaha agar anak-anak dan keturunan kita tidak menjadi anak zaman now yang bikin miris tapi bikin bangga dan lebih baik. Merugilah kita jika hari ini sama atau lebih buruk dari kemarin bukan? Masih ada harapan untuk kids zaman now, dan harapan itu ditentukan oleh kita, parents zaman now :)

Tulisan merupakan respon dari tulisan Anindita Ayu di website Kumpulan Emak Blogger yang merupakan collablogging dari Kelompok Najwa Shihab


4 komentar:

  1. Bener mak, kudu pinter tarik ulur ya. Kalau ditarik mulu nanti malah putus hubungan harmonis dengan anak hehehe. Kudu belajar lagi niiih soal generasi Z iniii

    BalasHapus
  2. Suka dengan tulisanmu Mak Sumayyah, setuju banget dengan 3 point diatas. Karakter anak di zaman apapun ditentukan oleh pola pengasuhan orang tuanya, mau zaman dulu kek atau zaman sekarang kek. Semua balik lagi ke bagaimana orang tua mengajarkan mereka.

    BalasHapus
  3. Aamiin.. Aamiin.. Semoga anak-anak kita yang notabene kids zaman now ga diperbudak dengan gadget, tapi justru bisa menempatkan diri di posisi yang benar seiring majunya teknologi..tentunya dengan bimbingan kita sebagai ortu :)

    BalasHapus
  4. Percaya sama anak penting banget ya mak.. Dan menurutku yang paling penting itu adalah menjadi contoh yang baik. Masih harus belajar banyak untuk jadi contoh yang baik nih.. ^^

    BalasHapus